Jumat, 08 Juni 2012

Pendapat Para Imam Mengenai Sampainya Pahala Bacaan Qur’an Kepada Mayyit


Syarah Shohih Muslim lil Imam Nawawi, penjelasan hadits no 1672
وحدثنا محمد بن عبد الله بن نمير حدثنا محمد بن بشر حدثنا هشام عن أبيه عن عائشة أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يارسول الله إن أمي افتلتت نفسها ولم توص و أظنها لو تكلمت تصدقت افلها أجر إن تصدقت عنها؟ قال : نعم .
قال النواوي : وفى هذالحديث أن الصدقة عن الميت تنفع الميت ويصله ثوابها وهو على كذالك باجماع العلماء وكذا أجمعوا على وصول الدعاء و قضاء الدين الواردة فى الجميع و يصح الحج عن الميت اذا كان حج الاسلام و كذا اذا وصى بحج التطوع على الاصح عندنا و اختلف العلماء فى الصوم اذا مات وعليه صوم فالراجح جوازه عنه للاحاديث الصحيحة فيه و المشهور فى مذهبنا أن قراءة القرأن لا يصله ثوابها و قال جماعة من أصحابنا يصله ثوابها وبه قال أحمد بن حنبل و أما الصلاة وسائر الطاعات فلا تصله عندنا ولا عند الجمهور وقال أحمد يصله ثواب الجميع كالحج

dari A’isyah, bahwasanya ada seorang lelaki mendatangi Nabi S.A.W dan berkata, Ya Rasulallah, sesungguhnya ibuku telah mati, dan dia tidak memberikan wasiyat, dan aku menyangkanya, apabila dia berbicara dia akan bersedekah, apakah dia akan mendapakat pahala bila aku bersedekah atasnya? Nabi menjawab : Na’am (iya).

Syarah haditsnya : Imam Nawawi berkata : dan di dalam hadits ini, bahwasanya bersedekah atas nama mayit ini bisa memberi manfaat kepada mayit dan pahala sedekahnya bisa sampai padanya, dan demikianlah sesuai dengan kesepakatan para ulama, dan juga ulama bersepakat atas sampainya doa, membayar hutang yang telah terwarid di dalam kesemuanya. Dan sah juga menghajikan haji atas mayit apabila hajinya itu haji islam dan begitu juga sah apabila mayit mewasiyatkan agar dihajikan dengan haji sunnah, ini menurut pendapat yang lebih shah menurut kami. Dan ulama berbeda pendapat di dalam masalah puasa, apabila seseorang mati dan dia masih mempunyai tanggungan puasa, maka pendapat yang rojih (unggul) itu bolehnya berpuasa atas nama mayit karena adanya hadits-hadits yang shohih, dan yang masyhub di madzhab kami bahwa bacaan alquran tidak sampai pahalanya kepada mayit, dan berkata sekelompok ashab kami bahwa pahala bacaan alquran bisa sampai kepada mayit, dan dengan pendapat sampainya pahala bacaan alquran, imam Ahmad bin Hanbal telah berpendapat. Adapun sholat dan semua bentuk amal keta’atan maka menurut pendapat kami dan pendapat jumhur ulama pahalanya tidak sampai kepada mayyit, dan imam Ahmad berkata, pahala semua bentuk keta’atan bisa sampai kepada mayyit sebagaimana pahala haji.

Hujjah 2
قال شيخ الاسلام الامام زكريا الانصاري : إن مشهور المذهب أي في تلاوة القرأن محمول على ما إذا قرأ لابحضرة الميت ولم ينو الثواب له أو نواه ولم يدع (حكم الشر يعة الاسلامية في مأتم الاربعين ص ٤٣)

syaikhul islam Imam Zakariya Al Anshori : Sesungguhnya pendapat masyhur madzhab (Asyafi’i) di dalam masalah bacan alqur’an itu di kondisikan apabila membacanya itu tidak di hadapan mayit (kuburnya) dan tidak niat memberikan pahala bacaan alquran itu kepada mayit atau berniat memberikan pahala bacaan tetapi tidak mendoakan (Hukmussyari’ah al islamiyyah fi ma’tamil arba’in hal 43).
والقول المذكور مبني على عمل الامام الشافعي فإنه كان يزور قبر الامام الليث بن سعد ثم يتلو الاذكار والقران الكريم : وقد تواتر أن الشافعي زار الليث بن سعد و أثنى وقرأ عنده ختمة و قال أرجو أن تدوم فكان الامر كذالك (الذخيرة الثمنية ص ٦٤

perkataan tersebut (Pendapatnya Imam Zakaria Al Anshori, itu di dasarkan atas perilaku Imam Syafi’i, bahwasanya Imam Syafi’i menziarahi Makam Imam Allayts bin Sa’ad kemudian melantunkan dzikir-dzikir dan Alqur’an, dan sungguh telah berkali-kali, bahwasanya Imam Syafii menziarahi Allayts bin Sa’ad, memujinya dan membaca (alquran) dengan sekali khataman, dan beliau berkata : Aku berharap ini di langgengkan, dan perkara itu demikian adanya (adzakhiroh atsamaniyyah hal 64)
وفى مناسبة أخرى قال الامام الشافعي : ويستحب أن يقرأ عنده شيئ من القرأن ، وإن ختموا القرأن كله كان حسنا (دليل الفالحين ج ٦ ص ١٠٣)

di kesempatan lain, Imam Syafi’i berkata : dan di anjurkan di sisinya (qubur) di bacakan bacaan dari Alquran, maka apabila mereka mengkhatamkan alquran semuanya maka hal itu lebih bagus (dalilul falihin juz 6 hal 103)

Hujjah 3
قال الامام النواوي : فالاختيار أن يقول القارئ بعد فرغه : اللهم اوصل ثواب ماقرأته إلى فلان (الأذكار ص ١٥٦)

berkata Imam Annawawi : Maka pendapat yang di pilih, orang yang membaca Alquran setelah selesai membacanya dia berdoa : Ya Allah sampaikanlah pahala dari apa-apa yang ku baca kepada si fulan (Al Adzkar hal 156)
tambahan : قال الشوكاني : وقال في شرح الكنز إن الأنسان أن يجعل ثواب عمله لغيره صلاة كان او صوما او حجا او صدقة اوقرأة قرأن او غير ذلك من جميع أنواع البر،ويصل ذلك إلى الميت و ينفعه عند أهل السنة
. نيل الاوطار ٤/١٤٢

Imam Asyaukani berkata menuqil dari Syrah kitab alkanzu : bahwasanya manusia itu bisa menjadikan pahala amalnya itu untuk orang lain, baik berupa sholat, puasa, haji, sodakoh atau bacaan alqur’an atau selain dari itu semua yang berupa berbagai macam amal kebaikan, dan pahalanya itu semua bisa sampai kepada mayit dan bisa bermanfaat bagi mayit, demikian ini menurut ahlissunnah (naylul author juz 4 hal 142)

berbagai riwayat diatas, baik dari Imam Ahmad bin Hanbal maupun Imam Syafi’i membuktikan bahwasanya qiro’ah bacaan alquran untuk mayyit bukanlah amal yang sia-sia, dan begitulah pendapat Ahlissunnah, lalu masih pantas mengaku ahlissunnah kah orang-orang yang mengingkarinya?


Tahlil dan Haul


Sebagai orang yang semenjak kecil hidup dalam lingkungan Nahdlatul Ulama, saya sudah terbiasa mengikuti kegiatan ala NU. Salah satunya adalah kegiatan tahlil yang mana kegiatan ini diselenggarakan sebagai wasilah untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia.


Rangkaian bacaan tahlil ini sangat bagus sekali, sebab yang dibaca adalah kalimah-kalimah thoyibah dan ayat-ayat suci al-Quran. Hanya saja dalam teknis pelaksanaanya biasanya di desa-desa pada hari-hari tertentu. Sebagai contoh: umpamanya ada orang meninggal dunia kemudian dibacakan tahlil sampai tujuh hari terus disusul hari keempat puluh dan terakhir mendak pindho (nglepas) setelah waktu dua tahun.

Yang ingin saya tanyakan:

1. Apakah hal tersebut memang ada dasar hukumnya dari agama Islam (al Quran-Hadist). Karena ada yang berkomentar bahwa itu adalah merupakan sinkretisme antara ajaran Islam dan non-Islam.
2. Bagaimanakah hukumnya bertawasul dalam berdoa dengan orang-orang yang telah wafat yang notabenenya mereka kita yakini shalih.

Jawaban:

1. Dasar hukum yang menerangkan bahwa pahala dari bacaan yang dilakukan oleh keluarga mayit atau orang lain itu dapat sampai kepada si mayit yang dikirimi pahala dari bacaan tersebut adalah banyak sekali. Antara lain hadist yang dikemukakan oleh Dr. Ahmad as-Syarbashi, guru besar pada Universitas al-Azhar, dalam kitabnya, Yas aluunaka fid Diini wal Hayaah juz 1 halaman 442, sebagai berikut:

وَقَدِ اسْتَدَلَّ الفُقَهَاءُ عَلَى هَذَا بِأَنَّ أَحَدَ الصَّحَابَةِ سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا نَتَصَدَّقُ عَنْ مَوتَانَا وَنُحَجُّ عَنْهُمْ وَنَدعُو لَهُمْ هَلْْ يَصِلُ ذَلِكَ إِلَيْهِمْ؟ قَالَ: نَعَمْ إِنَّهُ لَيَصِلُ إِلَيْهِمْ وَإِنَّهُمْ لَيَفْرَحُوْنَ بِهِ كَمَا يَفْرَحُ اَحَدُكُمء بِالطَّبَقِ إِذَا أُهْدِيَ إِلَيْهِ!

Sungguh para ahli fiqh telah mengambil dalil atas kiriman pahala ibadah itu dapat sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia, dengan hadist bahwa sesungguhnya ada salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bersedekah untuk keluarga kami yang sudah mati, kami melakukan haji untuk mereka dan kami berdoa bagi mereka; apakah hal tersebut pahalanya dapat sampai kepada mereka? Rasulullah bersabda: Ya! Sungguh pahala dari ibadah itu benar-benar akan sampai kepada mereka dan sesungguhnya mereka itu benar-benar bergembira dengan kiriman pahala tersebut, sebagaimana salah seorang dari kamu sekalian bergembira dengan hadiah apabila hadiah tersebut dikirimkan kepadanya!

Hanya saja dalam kitab Fatawa al-Kubra juz 2 halaman 7 diterangkan bahwa menempatkan selamatan mayat para hari ke-3 dan seterusnya, hukumnya adalah bid’ah yang makruh. Kecuali jika selamatan tersebut dilakukan dengan memaksakan diri (takalluf) sampai berhutang atau mempergunakan harta warisan anak yatim atau lainnya yang dilarang agama, maka hukumnya haram.

Adapun orang yang memberi komentar bahwa hal tersebut adalah sinkretisme antara ajaran agama Islam dengan non-Islam, maka sebenarnya orang tersebut tidak memahami sistem dakwah yang dilakukkan oleh Rasulullah saw, yang hanya memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap kebudayaan dari bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam yang bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam. Sehingga tidak lagi bertentangan dengan pokok-pokok ajaran agama Islam. Sehingga karenanya, maka komentar tersebut tidak perlu diperhatikan.
2. Hukumnya boleh, sebab mukjizat dari para nabi, karomah dari para wali dan maunah dari para ulama shaleh itu tidak terputus dengan kematian mereka. Dalam kitab Syawahidul Haq, karangan Syeikh Yusuf Ibn Ismail an-Nabhani, cetakan Dinamika Berkah Utama Jakarta, tanpa tahun, halaman 118 disebutkan sebagai berikut:

وَيَجُوزُ التَّوَسُّلُ بِهِمْ إلَى اللهِ تَعَالَى ، وَالإِسْتِغَاثَةُ بِالأنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ وَالعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ بَعْدَ مَوتِهِمْ لأَنَّ مُعْجِزَةَ الأَنْبِيَاءِ وَكَرَمَاتِ الأَولِيَاءِ لاَتَنْقَطِعُ بِالمَوتِ.

Boleh bertawassul dengan mereka (para nabi dan wali) untuk memohon kepada Allah taala dan boleh meminta pertolongan dengan perantara para Nabi, Rasul, para ulama dan orang-orang yang shalih setelah mereka wafat, karena mukjizat para Nabi dan karomah para wali itu tidaklah terputus sebab kematian.

Merayakan Maulid Nabi SAW



Memang Rasulullah SAW tidak pernah melakukan seremoni peringatan hari lahirnya. Kita belum pernah menjumpai suatu hadits/nash yang menerangkan bahwa pada setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal (sebagian ahli sejarah mengatakan 9 Rabiul Awwal), Rasulullah SAW mengadakan upacara peringatan hari kelahirannya. Bahkan ketika beliau sudah wafat, kita belum pernah mendapati para shahabat r.a. melakukannya. Tidak juga para tabi`in dan tabi`it tabi`in.

Menurut Imam As-Suyuthi, tercatat sebagai raja pertama yang memperingati hari kelahiran Rasulullah saw ini dengan perayaan yang meriah luar biasa adalah Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. - w.630 H.). Tidak kurang dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk bersedekah pada hari peringatan maulid ini. Intinya menghimpun semangat juang dengan membacakan syi’ir dan karya sastra yang menceritakan kisah kelahiran Rasulullah SAW.

Di antara karya yang paling terkenal adalah karya Syeikh Al-Barzanji yang menampilkan riwayat kelahiran Nabi SAW dalam bentuk natsar (prosa) dan nazham (puisi). Saking populernya, sehingga karya seni Barzanji ini hingga hari ini masih sering kita dengar dibacakan dalam seremoni peringatan maulid Nabi SAW.

Maka sejak itu ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi SAW di banyak negeri Islam. Inti acaranya sebenarnya lebih kepada pembacaan sajak dan syi`ir peristiwa kelahiran Rasulullah SAW untuk menghidupkan semangat juang dan persatuan umat Islam dalam menghadapi gempuran musuh. Lalu bentuk acaranya semakin berkembang dan bervariasi.

Di Indonesia, terutama di pesantren, para kyai dulunya hanya membacakan syi’ir dan sajak-sajak itu, tanpa diisi dengan ceramah. Namun kemudian ada muncul ide untuk memanfaatkan momentum tradisi maulid Nabi SAW yang sudah melekat di masyarakat ini sebagai media dakwah dan pengajaran Islam. Akhirnya ceramah maulid menjadi salah satu inti acara yang harus ada, demikian juga atraksi murid pesantren. Bahkan sebagian organisasi Islam telah mencoba memanfaatkan momentum itu tidak sebatas seremoni dan haflah belaka, tetapi juga untuk melakukan amal-amal kebajikan seperti bakti sosial, santunan kepada fakir miskin, pameran produk Islam, pentas seni dan kegiatan lain yang lebih menyentuh persoalan masyarakat.

Kembali kepada hukum merayakan maulid Nabi SAW, apakah termasuk bid`ah atau bukan?

Memang secara umum para ulama salaf menganggap perbuatan ini termasuk bid`ah. Karena tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah saw dan tidak pernah dicontohkan oleh para shahabat seperti perayaan tetapi termasuk bid’ah hasanah (sesuatu yang baik), Seperti Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setia hari Senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ” : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ . رواه مسلم

“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (H.R. Muslim)

Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’ ” (QS.Yunus:58).

Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa saat Rasulullah saw lahir, dia sangat gembira menyambut kelahirannya sampai-sampai dia merasa perlu membebaskan (memerdekakan) budaknya yang bernama Tsuwaibatuh Al-Aslamiyah.

Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana dengan orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah SAW?

HM Cholil Nafis MA

Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il (LBM) PBNU

Rabu, 06 Juni 2012

Renungan siang, Jangan simpan kentang busuk,


Sumber dari temen fb : Ahmad Jammal

simak yah akhi ukhty fillah ....

Pada suatu hari di sebuah sekolah dasar, seorang guru mengadakan permainan dengan para muridnya. Saat itu, semua murid telah membawa kantong plastik transparan beserta beberapa kentang kecil. Kemudian ibu guru berkata
Anak-anak, apakah ada di antara kalian yang mempunyai rasa tidak senang atau benci kepada yang lain ?


Spontan anak-anak itu menjawab : Ada, Buuu... !!!


Nah, kalau begitu tuliskanlah huruf atau kode yang menunjukkan orang tersebut di kentang yang kalian bawa. Kalau ada yang punya rasa tidak senang kepada lebih dari satu orang, berarti kentangnya harus sebanyak orangnya yah ...


Kemudian, masing masing anak menandai kentangnya sesuai dengan jumlah orang yang tidak disenangi. Ada anak yang menuliskannya pada satu kentang, dua kentang atau bahkan lebih. Lalu ibu guru menjelaskan
Aturan permainannya adalah seperti ini. Kalian harus membawa kentang itu di dalam kantong plastik selama satu minggu.Tidak berat kan ? tanya bu guru. Anak-anak itu menggelengkan kepalanya


Kemudian, selama satu minggu di sekolah, mereka semua membawa kentangnya kemana-mana. Baik saat makan di kantin, pergi ke toilet, main di lapangan, atau di kegiatan lainnya. Hari pertama tidak ada masalah karena murid-murid menganggapnya tugas yang mudah. Akan tetapi setelah beberapa hari, kentang yang mereka bawa mulai berubah warna menjadi hitam dan mulai membusuk. Aromanya sangat tidak enak. Anak-anak yang membawa lebih dari satu kentang mulai merasakan beratnya tugas ini


Setelah satu minggu, ibu guru membahas tugas ini di kelas bersama para muridnya


Bu guru, rasanya tidak enak sekali membawa kentang busuk kemana-mana. Saya jadi tidak enak makan, kata seorang murid
Murid-murid yang lain mengiyakan dan bergantian curhat kepada ibu guru, tentang betapa tidak enaknya membawa kentang busuk ke mana-mana

Kemudian sang guru menjelaskan arti permainan itu :
Anak anak, kentang itu ibarat kebencian atau rasa tidak suka yang kita pendam terus terhadap seseorang, yang terus kita bawa ke mana-mana. Sangat tidak nyaman kan ? Karena itu, jangan menyimpan dendam atas kesalahan yg dilakukan oleh teman atau orang lain kepada kita. Semakin lama kita simpan dalam hati, maka kita akan semakin merusakmental dan jiwa, sama seperti racun yang ada dalam kentang busuk ini. Apakah kalian memahami penjelasan ini ?


Paham, Bu... !!! jawab mereka serempak


akhi ukhty fillah ...
Kesalahan orang kepada kita, apapun bentuknya (baik disengaja atau tidak disengaja), yang pasti kalau kita ingat terus, apalagi timbul dendam dan berusaha membalas dengan lebih kejam lagi, maka sepanjang hidup justru kita akan menderita. Sebaliknya kalau kita yang melakukan kesalahan, baik itu disengaja atau tidak, maka percepat minta maaf atas kesalahan yang kita lakukan ...

Selasa, 05 Juni 2012

Movin On - SPYAIR Lyric


Dare datte kizu no hitotsu ya futatsu wo kakushimotteru tada iwanai dake de
Machigai ka douka nante jibun de yatte minakya wakan nai
Tachidomaru koto yori ibushi hou ga kowai

Saa ikou, buttobashite
Modorenai toki wo orera wa ikiteku wake janai
Mou ikou, bukkowashite
Sono doa no saki ni kitto aru nda yo kimi ga susumu michi ga
Namida no kazu dake waraeru sa

Nani wo shinjireba ii ka nante sa fumidashite kara hajimete wakaru nda
Machigai ka douka nante jibun de yatte minakya wakan nai
Tachidomaru koto sae muda ni omoe nai nda

Saa ikou, buttobashite
Modorenai toki wo orera wa ikiteku wake janai
Mou ikou, bukkowashitai
Kurushimi no saki ni kitto aru nda yo kimi ga waraeru hi ga
Gamushara ni ima wa hashireba ii

Saa ikou, buttobashite
Modorenai hibi ni orera wa ikiteru wake janai
Mou ikou, bukkowashitai
Sono doa no saki ni kitto aru nda yo ima yori subarashii

Senin, 04 Juni 2012

“MEMBELAH ANGKASA DI MALAM NAN MULIA”


       Di kutip dari: kitab ‘Zahrul Basim’ karya Habib Usman bin Abdullah bin Yahya Al-Batawi


Habib Usman bin Abdullah bin Yahya Al-Batawi 
(MUFTI BETAWI YANG BERPENAMPILAN PERLENTE)

Sekitar satu tahun sebelum hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, Tepatnya pada malm tanggal 27 Rajab, turunlah Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail diiringi sejumlah malaikat lainnya. Mereka mendatangi Rasulullah di rumahnya di kota Mekah. setelah bertemu Rasullullah SAW Jibril segera mengajaknya keluar rumah dan pergi ke Masjidil Haram.
          Masjidil Haram menjadi saksi di malam yang hening itu, kala dada Rasulullah dibelah Malaikat Jibril. Kuasa Allah membuat apa yang dilakukan Jibril tak terasa sakit sedikitpun bagi Rasulullah SAW. Setelah itu Malaikat Mikail mengambil air ZAmzam, yang kemudian digunakan Jibril AS untuk membasuh hati Rasululla SAW. Dengan air suci itu Jibril AS membasuh hati Rasulullah SAW sebanyak tiga kali.
          Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh malaikat Jibril AS bukanlah untuk mencuci kotoran yang ada di dalam hati Rasululla SAW, karena hati Rasulullah SAW adalah hati yang suci dan tak terdapat noda sedikitpun padanya. Basuhan Jibril AS pada hati Rasulullah SAW semata untuk memenuhi hati Beliau dengan iman yang sempurna dan mengisinya dengan samudra ilmu yang tiada dimiliki oleh makhluk apapun.
          Setelah selesai membasuh hati suci nan mulia itu, Jibril As memberikan tanda khatamun nubuwahdi antara dua sisi pundak Rasulullah SAW, sebagai bertanda bahwasannya manusia Agung bernama Muhammad ibn Abdullah ini adalah penutup segala nabi dan Rasul yang diutus Allah SWT diatas muka bumi ini. Sungguh, tak akan ada lagi kenabian dan kerasulan setelah nabi Muhammad SAW.
          Kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW dan menuntunnya berjalan menuju sumur Zamzam. Saat itu, Jibril AS mencampurkan air Zamzam dengan air telaga Kautsar yang ia bawa dari surga malam itu. Kemudian Jibril AS nenyuruh Rasulullah SAW agar berwudlu dengan air campuran dua air mulia tersebut.

“ kemana kita akan pergi?”
          Sesaat kemudian jibril AS berkata, “Wahai Muhammad, marilah kita pergi!” Maka Rasulullah SAW bertanya, “ Kemana kita akan pergi?”
          “kepada Tuhan yang memberi karunia kepadamu dimalam ini dengan segala kemuliaan dan kasih sayang,” jawab Jibril AS.
          Jibril AS memegang kembali tangan Rasulullah SAW dan menuntunnya keluar dari Masjidil Haram.
          Saat itu, diluar masjid telah tersedia suatu kendaraan yang sengaja di bawa Jibril AS secara khusus dari surga. ‘Buraq’ namanya. Terlalu elok rupanya. Tubuhnya sebesar keledai lebih sedikit, dengan wajahnya seperti manusia. Pipi dan bulu lehernya seperti pipi dan bulu leher kuda, sementara kakinya seperti kaki unta, tapaknya, seperti tapak sapi, dan ekornya seperti ekor unta.

          Buraq bagaikan merah delima, yang bila dilihat dari belakang bagai mutiara, dengan segala pakaiannya yang berasal dari surga. Kedua sayapnya berkepak terlalu hebat dan kedua telinganya terus bergerak-gerak.
          Jibril mengatakan, “Wahai Muhammad, naikilah kendaraan ini!”
          Sesaat Jibril mengatakn hal iti, Buraq tampak memberontak. Jibril memegang Buraq seraya mengatakan kepadanya, “Apakah kau tidak mengetahui siapa gerangan manusia yang hendak menunggangimu? Tidakkah kau malu kepadanya? Demi Allah, Yang Maha Besar, tidak ada makhluk yang lebih mulia dari manusia ini.”
          Tak pelak, buraq pun merendahkan dirinya ke bumi. Tampak ia berpeluh keringat karena teramat malunya kepada Rasulullah SAW akan sikapnya tadi.
Rasulullah SAW kemudian menungganginya, dengan Jibril AS disisi kanannya yang memegang pelana Buraq itu dan Mikail AS disisi kirinya ikut memegang tali kekangnya.
          Bersama Rasulullah AS, Buraq kemudian bergerak begitu cepat dan tangkas. Ia mengepakkan kedua sayapnya begitu hebat, hingga sekali langkah sejauh mata memandang.
          Tak seberapa lama, sampailah mereka pada suatu tanah yang banyak dihiasi pohon kurma dengan buahnya yang lebat. Jibril AS menghentikan langkah Buraq. Ia mengatakn kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad, turunlah engkau dan sholatlah disini sebanyak dua rekaat. Negeri nin adalah negeri Madinah. Suatu saat kelak, negeri ini akan menjadi tempatmu berhijrah dari kota Mekkah. Di negeri ini nantinya akan berdiri masjidmu, dan di negeri ini pula terletak kuburmu kelak.”
          Rasulullah SAW kemudian turun dari Buraq dan shalat di tempat yang di tunjukan Jibril AS.,
          Usai shalat, Rasulullah SAW menaiki Burq dan melanjutkan perjalanan kembali hingga sampai di Bukit Thursina. Di bukit ini Jibril AS kembali menyuruh Rasulullah SAW turun untuk menunaikan shalat sebanyak dua rekaat. Tempat itu adaplah tempat nabi Musa AS berkata-kata kepada Allah SWT.
          Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali, hingga sampai di suatu tempat yaitu Baitullahm. Baitullahm adalah tempat dilahirkannya Nabi Isa AS. Di tempat ini kembali jibril menyuruh Rasulullah SAW untuk shalat sebanyah dua rekaat.

Sejumlah rintangan
          Setelah itu, kembali mereka melanjutkan perjalanan agung itu. Di tengah perjalanan datanglah sejumlah rintangan kepada Rasulullah SAW. Ada suara dating dari arah sebelah kanan Rasulullah SAW dan memanggil-manggilnya sebanyak tiga kali,”Wahai Muhammad, perlahan sedikit!”