Senin, 04 Juni 2012

“MEMBELAH ANGKASA DI MALAM NAN MULIA”


       Di kutip dari: kitab ‘Zahrul Basim’ karya Habib Usman bin Abdullah bin Yahya Al-Batawi


Habib Usman bin Abdullah bin Yahya Al-Batawi 
(MUFTI BETAWI YANG BERPENAMPILAN PERLENTE)

Sekitar satu tahun sebelum hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, Tepatnya pada malm tanggal 27 Rajab, turunlah Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail diiringi sejumlah malaikat lainnya. Mereka mendatangi Rasulullah di rumahnya di kota Mekah. setelah bertemu Rasullullah SAW Jibril segera mengajaknya keluar rumah dan pergi ke Masjidil Haram.
          Masjidil Haram menjadi saksi di malam yang hening itu, kala dada Rasulullah dibelah Malaikat Jibril. Kuasa Allah membuat apa yang dilakukan Jibril tak terasa sakit sedikitpun bagi Rasulullah SAW. Setelah itu Malaikat Mikail mengambil air ZAmzam, yang kemudian digunakan Jibril AS untuk membasuh hati Rasululla SAW. Dengan air suci itu Jibril AS membasuh hati Rasulullah SAW sebanyak tiga kali.
          Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh malaikat Jibril AS bukanlah untuk mencuci kotoran yang ada di dalam hati Rasululla SAW, karena hati Rasulullah SAW adalah hati yang suci dan tak terdapat noda sedikitpun padanya. Basuhan Jibril AS pada hati Rasulullah SAW semata untuk memenuhi hati Beliau dengan iman yang sempurna dan mengisinya dengan samudra ilmu yang tiada dimiliki oleh makhluk apapun.
          Setelah selesai membasuh hati suci nan mulia itu, Jibril As memberikan tanda khatamun nubuwahdi antara dua sisi pundak Rasulullah SAW, sebagai bertanda bahwasannya manusia Agung bernama Muhammad ibn Abdullah ini adalah penutup segala nabi dan Rasul yang diutus Allah SWT diatas muka bumi ini. Sungguh, tak akan ada lagi kenabian dan kerasulan setelah nabi Muhammad SAW.
          Kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW dan menuntunnya berjalan menuju sumur Zamzam. Saat itu, Jibril AS mencampurkan air Zamzam dengan air telaga Kautsar yang ia bawa dari surga malam itu. Kemudian Jibril AS nenyuruh Rasulullah SAW agar berwudlu dengan air campuran dua air mulia tersebut.

“ kemana kita akan pergi?”
          Sesaat kemudian jibril AS berkata, “Wahai Muhammad, marilah kita pergi!” Maka Rasulullah SAW bertanya, “ Kemana kita akan pergi?”
          “kepada Tuhan yang memberi karunia kepadamu dimalam ini dengan segala kemuliaan dan kasih sayang,” jawab Jibril AS.
          Jibril AS memegang kembali tangan Rasulullah SAW dan menuntunnya keluar dari Masjidil Haram.
          Saat itu, diluar masjid telah tersedia suatu kendaraan yang sengaja di bawa Jibril AS secara khusus dari surga. ‘Buraq’ namanya. Terlalu elok rupanya. Tubuhnya sebesar keledai lebih sedikit, dengan wajahnya seperti manusia. Pipi dan bulu lehernya seperti pipi dan bulu leher kuda, sementara kakinya seperti kaki unta, tapaknya, seperti tapak sapi, dan ekornya seperti ekor unta.

          Buraq bagaikan merah delima, yang bila dilihat dari belakang bagai mutiara, dengan segala pakaiannya yang berasal dari surga. Kedua sayapnya berkepak terlalu hebat dan kedua telinganya terus bergerak-gerak.
          Jibril mengatakan, “Wahai Muhammad, naikilah kendaraan ini!”
          Sesaat Jibril mengatakn hal iti, Buraq tampak memberontak. Jibril memegang Buraq seraya mengatakan kepadanya, “Apakah kau tidak mengetahui siapa gerangan manusia yang hendak menunggangimu? Tidakkah kau malu kepadanya? Demi Allah, Yang Maha Besar, tidak ada makhluk yang lebih mulia dari manusia ini.”
          Tak pelak, buraq pun merendahkan dirinya ke bumi. Tampak ia berpeluh keringat karena teramat malunya kepada Rasulullah SAW akan sikapnya tadi.
Rasulullah SAW kemudian menungganginya, dengan Jibril AS disisi kanannya yang memegang pelana Buraq itu dan Mikail AS disisi kirinya ikut memegang tali kekangnya.
          Bersama Rasulullah AS, Buraq kemudian bergerak begitu cepat dan tangkas. Ia mengepakkan kedua sayapnya begitu hebat, hingga sekali langkah sejauh mata memandang.
          Tak seberapa lama, sampailah mereka pada suatu tanah yang banyak dihiasi pohon kurma dengan buahnya yang lebat. Jibril AS menghentikan langkah Buraq. Ia mengatakn kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad, turunlah engkau dan sholatlah disini sebanyak dua rekaat. Negeri nin adalah negeri Madinah. Suatu saat kelak, negeri ini akan menjadi tempatmu berhijrah dari kota Mekkah. Di negeri ini nantinya akan berdiri masjidmu, dan di negeri ini pula terletak kuburmu kelak.”
          Rasulullah SAW kemudian turun dari Buraq dan shalat di tempat yang di tunjukan Jibril AS.,
          Usai shalat, Rasulullah SAW menaiki Burq dan melanjutkan perjalanan kembali hingga sampai di Bukit Thursina. Di bukit ini Jibril AS kembali menyuruh Rasulullah SAW turun untuk menunaikan shalat sebanyak dua rekaat. Tempat itu adaplah tempat nabi Musa AS berkata-kata kepada Allah SWT.
          Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali, hingga sampai di suatu tempat yaitu Baitullahm. Baitullahm adalah tempat dilahirkannya Nabi Isa AS. Di tempat ini kembali jibril menyuruh Rasulullah SAW untuk shalat sebanyah dua rekaat.

Sejumlah rintangan
          Setelah itu, kembali mereka melanjutkan perjalanan agung itu. Di tengah perjalanan datanglah sejumlah rintangan kepada Rasulullah SAW. Ada suara dating dari arah sebelah kanan Rasulullah SAW dan memanggil-manggilnya sebanyak tiga kali,”Wahai Muhammad, perlahan sedikit!”
          Rasulullah SAW tidak berpaling sedikitpun kepada datangnya suara itu.
          Kemudian datang lagi dari arah sebelah kirinya dan memanggil-manggilnya lagi, juga sebanyak tiga kali, “wahai Muhammad, perlahan sedikit!”
          Kenbali rasulullah tidak berpaling sedikitpun kepadanya.
          Setelah Rasulullah SAW tetap tidak mempedulikan suara demi suara yang memanggilnya itu, datanglah seorang perempuan renta dengan mengenakan banyak perhiasan dan berkata pada Rasulullah SAW, “hai Muhammad, berhentilah! Dan menujulah kepadaku!”
          Untuk kesekian kallinya, Rasulullah SAW mengabaikan panggilan yang dating kepadanya itu.
          Suasana kembali hening dan senyap, tanpa ada suara apapun.
          Rasulullah Saw kemudian bertanya kepada malaikat Jibril AS, “siapakah yang memanggil-manggilku tadi dari arahsebelah kanan? Dan siapa pula yang memanggil-manggilku dari arah sebelah kiri? Dan siapa gerangan perempuan tua tadi itu?”
          Jibril pum menjelaskan, “adapun yang memanggilmu dari arah sebelah kanan itu adalah panggilan Yahudi. Demi Allah bila engkau menyahut panggilan itu niscaya umatmu menjadu Yahudi. Adapun panggilan dari sebelah kiri adalah panggilan Nasrani. Demi Allah jika engkau menyahut panggilan itu, niscaya umatmu menjadi nasrani. Sementara perempuan renta tua tadi itu adalah Dunia. Maka jika engkau menyahut panggilannya, niscaya umatmu kelak lebih memilih dunoa daripada akhirat.”
          Waktu terus berjalan, hingga kemudian dating malaikat yang membawa dua piala, yang satu berisi susu, dan yang satu berisi arak. Malaikat itu kemudian mengatakan kepada Rasulullah SAW, “wahai Muhammad, minumlah salah satu diantara jeduanya!”
          Rasulullha SAW memilih susu dari pada arak.
          Setelah selesai Rasulullah SAW meneguk air susu, Jibril AS mengatakn padanya, “ engakau benar wahai Muhammad, akan pilihan minuma itu. Demi Allah jika arak yang engkau pilih untuk diminum, niscaya umatmu kelak akan seat sepeninggalanmu kelak.”
          Perjalanan terus berlanjut hingga kemudian Rasulullahsampai ke baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa.disana Rasulullah SAW disambut oleh beberapa malailat yang turun dari langit dengan memberi salam kepadanya serta dengan puji-pujian mereka akan kemuliaan Rasulullah SAW.
          Setelah turun dari Buraq, Jibril AS mengikat kendaraan yang telah mengiringi perjalanan Rasulullah di malam agung it di suatu tempat yang mana tempat tersebut adalah tempat para nabi AS pernah mengikat kendaraan-kendaraan mereka dahulu kala, yaitu tepi Masjidil Aqsa.
          Kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW dan menuntunnya masuk ke Masjidil Aqsa dengan diiringi beberapa malaikat. Setelah memasuki areal dalm masjid, Rasulullah SAW melihat para nabi AS telah berhimpun didalamya. Sebagian dari mereka telah berdiri shalat. Sebagian lain dari mereka tampak dengan ruku’ dan sebagian lainya lagi terlihat sedang bersujud.
          Jibril AS kemidian memberi tahu Rasulullah SAW bahwasannya para nabi AS itu telah diberikan izin dari Allah SWT untuk brhimpun di dalam masjid tersebut demi menjumpai Rasulullah SAW.
          Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan ucapan salam kepada mereka semua. Merekapun membalasnya, seraya memuji-muji Rasulullah SAW dan mendoakannya.
          Sesaat kemudian salah satu diantara para nabi tersebut mengumandangkan adzan dan iqamat.

Imam bagi sekalian Nabi        
          Selesai adzan dan iqamat dikumandangkan, Jibril AS membawa Rasulullah SAW maju kedepan untuk mrnjadi imam bagi sekalian nabi AS dalam shalat berjama’ah dimalam yang penuh dengan keberkahan itu.
          Usai shalat dilangsungkan, para nabi AS memuji Allah SWT dan bersyukur pada-Nya dengan menyebut-nyebut nikmat akan rahmat kasih saying Allah kepada masing-masing mereka.
          Di antaranya, seperti yang diucap oleh nabi Ibrahin AS yang memuji Allah SWT dengan pujiannya, “segala puji bagi Allah yang memilihku menjadi kekasih-Nya, memberikanku kerajaan yang besar, dan menjadikan aku kuat dalam beribadah hingga kemudian umat manusia mengikutikau dalam perihal ibadahku. Dan aku diselamatkan dari api Raja Namrudz, yang mana aku merasa api itu menjadi sejuk, hingga akupun selamat darinya.”
          Nabi Musa AS jiga memuji Allah SWT,” segala puji bagi Allah, yang berkata-kata padaku dan memilihku dalam hal itu, menurunkan Taurat atasku, menjadikan kebinasaan bagi Fir’aun dan keselamatan kaumku, bani Israil, lewat tanganku. Dan dia telah menjadikan sebagian dari umatku sebagai kaun yang berdakwah pada jalan yang benar, yang mana dengan kebenaran itu membuat keadilan tegak berdiri.”
          Demikian pula nabi Daud AS yang memuji Allah SWT dengan pujiannya, “segala Puji Bagi Allah, yang menjadikan bagiku kerajaan besar dan menyampaikan Zabur atasku. Dia juga membuat besi menjadi lunak di tanganku, bahkan bukitpun begitu, dan juga segala burung mengikutiku dengan bertasbih. Dia juga telah mengaruniakan kepadaku ilmu dan kebenaran hokum.”
          Nabi Sulaiman AS pun memuji Allah SWT dengan kata-katanya,”Segala Puji Bagi Allah, yang memudahkan bagiku hinnga angina berada di bawah perintahku, membuat segala bangsa halus hingga menuruti perintahku untuk dapat segera mengerjakan segala yang aku kehendaki, baik itu tempat, segal rupa-rupa manusia maupun binatang dan pepohonan. Dia mengajarka kepadaku bahasa segala burung dan mengaruniakan kepadaku ke;ebihan dan memiliki segala barang, serta memberikan kepadaku kerajaan yang tak’kan terlampaui oleh para prnguasa setelah dariku. Ia juga menjadikan kerajaanku halal, hingga tiada hisab bagiku akan kerajaanku di hari Kiamat klak.”
          Nabi Isa AS pun turut memuji Allah dengan mengatakan, “Segala Puji Bagi Allah, yang telah menjadikan lewat tanganku dengan kalimah-Nya yakni dengan kalimah kun fayakun, jadilah (manusia), maka terjadilah (manusia). Dia mengajarkan padaku kitab dan ilmu, Taurat dan Injil,dan menjadikan lewat paerantara tanganku dari segumpal tanah yang berbentuk burung, maka ditiupkan kepadanya ruh hingga jadilah ia burung dengan izin Allah SWT. Dia menjadikankuk dapat menyembuhkan orang buta ataupun yang punya penyakit belang, serta membuat aku memiliki kemampuan menghidupkan orang mati dengan seizin-Nya. Dan Dia telah mengangkatku kelangit, mensucikanku, dan melindungiku serta ibuku dari segala godaan setan, yang terkutuk.”
          Hingga giliran Rasulullah SAW memiju Allah SWT, dengan pujiannya,” segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian akam, Yang mengutusku sebagai rahmat bagi sekalian alan dan sekalian manusia, yang dengan kedatanganku menjadi berita gembira bagi mereka yang taat dan membawa mereka pada segala nikmat dan pada sisi lainnya menakutkan orang yang berbuat maksiat yang berujung pada segala siksaan. Dia menurunkan Al-Qur’an atasku, yang didalamnya terdapat hakikat segala sesuatu. Dia menjadikan umatku memiliki kebajikan yang lebih dibandingkan sekalian umat ang lain. Dia menjadikan umatku sebagai ummatan wasatha (umat pertengahan). Dia menjadikan umatku terdahulu dalam sebutan sedangkan mereka itu dating terkemudian disbanding umat-umat yang lainnya. Dia meluaskan dadaku, mengampuni atas dosaku, meninggikan sebutan namaku, dan menjadikanku sebagai yang memulai dan mengakhiri.”
          Alkisah, setelah Rasulullah SAW memuji Allah SWT dengan menyebut berbagai kenikmatan luar biasa yang telah dianugrahkan kepadanya itu, nabi Ibrahim AS, nabi yang memiliki julukan Abul Anbiya’(bapak para nabi), mengataka ditengah kerumunan sekalian nabi AS ysng tengah berhimpun pada saat itu, “sungguh, dengan apa-apa yang telah disebutkan Muhammad, derajat yang ia miliki lebih mulia dari derajat kalian semua.”

Langit ketujuh
setelah perjumpaannya (atas izin Allah) dengan para nabi dan Rasul AS di Masjidil Aqsa, Jibril AS memegang tangan Rasulullha dan menuntunnya menuju ke batu Shakhrah. Batu shakhrah adalah batu besar yang berada di tengah Masjidil Aqsa, masjid yang merupakan kiblat bagi seluruh nabi AS.
Batu itu merupakan tempat pijakan untuk Rasulullah bermi’raj, yang dikeluarkan dari surga firdaus. Diatas batu tersebut trdapat tangga yang sangat besar dan sangat elok rupanya. Tangga itu terdiri dari sepuluh tingkat anak tangga. Berselang-seling, satu terbuat dari perak dan satu dari emas, bertahtakan Ratna mutu manikam, serta dihiasi batuan yaqut dan putih disebelah kanan dan kirinya.        Pangkal bagian bawah tangga tersebut diletakkan Jibril AS diatas batu Sharkhah, sementara ujung bagian atasnya terletak tempat di bawah ARSY. Dengan kekuasaan Allah SWT, tiap-tiap satu tingkatan anak tangga itu dapat naik dan dapat turun, diman tingkatan pertama anak tangga itu turun dari langit yang pertama sampai diatas batu Sharkhah.
 Rasulullah SAW menaiki tangga mi’raj itu, anak tangga demi anak tangga, dari langit yang pertama hingga langit yang ketujuh. Kemudian ank tangga yang kedelapan mengangkatnya hingga ke Sidratul Muntaha, anak tangga yang kesembilan mengankatnya hingga ke Kursi, dan anak tangga yang ke sepuluh mengankatnya hingga sampai ke Mustawa. Jarak antara satu tingkatan anak tangga itu adalah prjalanan 500 tahun. Itulah yang digambarkan oleh para ulam tafsir perihal tingkatan mi’raj Rasulullah SAW.
Sebagaimana yang dinukil dari banyak riwayat yang dikumpulakn para ulama, setelah Rasulullah SAW bersama Jibril AS naik diatas tingkat anak tangga yang pertama dari mi’rajnya itu, beliau naik dengan kecepatan bagaikan kilat yang menyambar, hingga beliau SAW dan Jibril AS sampai dilangit yang pertama.
Jibril AS kemudian memberi salam kepada malikat penunggu langit yang pertama itu, “assalamualaik.”
Malaikat penunnga langit pertama betanya, “ siapa engkau?”
Jibril AS menjawab, “aku Jibril.”
Lalu ia Tanya lagi, “siapa yang bersama denganmu?”
“aku bersama Muhammad,” jawab Jibril AS
Malaikat itu kembali bertanya,”apakah memang diperintahkan untuk dating?”
Jibril AS menjawab, “iya, memang diperinyahkan untuk datang.”
Malaikat itupun kemudian membukakan pintu langit yang pertama tersebut seraya mengatakan, “Allah SWT telah memberika kehormatan kepada nabi ini, dan kepada khalifahya (Jibril AS). Maka inilah sebaik-baiknya khalifah dan sebaik-baiknya pengunjung.”
Dilangit yang pertama itu, Rasulullah SAW melihat nabi Adam AS dan memberikan salam kepadanya.
Nabi Adam AS menjawab salam tersebut dan mengatakan,” sambutan yang luas pada pytraku yang shalih dan nabi yang shalih.”
Saat itu Rasulullha SAW juga melihat pemandangan para malaikat dalam jumlah yang sangat banyak berbaris sambil berbaris dan bertahlil.
Sesaat kemudian, mereka berdua melanjutkan perjalanan kelangit yang kedua.
Sesampainya di langit yang kedua, Jibril AS meminta kepada malaikat penunggu langit kedua agar membukakan pintu langit yang kedua.
Malaikat pun bertanya, “siapa engkau?”
Jibril menjawab, “aku Jibril.”
Lalu ia Tanya lagi, “siapa yang bersama denganmu?”
“aku bersama Muhammad,” jawab malaikat Jibril.
Malaikat itu kembali bertanya, “apakah memang diperintahkan untuk datang?”
Jibril kembali menjawab,” iya, memang diperintahkan untuk dating.”
Malaikat itu pun membukakan pintu langit yang kedua seraya memberikan penghormatan, puji-pujian, dan doa bagi Rasulullah SAW, seperti halnya juga dilakukan malaikat dilangit yang pertama.
Dilangit kedua, Rasulullah SAW melihat nabi Isa AS putra Maryam dan Nabi Yahya bin Zakaria AS.
Rasulullah Saw menyampaikan salam kepada keduanya. Keduanyapun membalas salam Rasulullah SAW, berikut segala kehormatan, puji-pujian, dan doa bagi Rasulullah SAW.
Kembali Rasulullah melihat para Malaikat dalam jumlah yang sangat banyak berkali-kali lipat banyaknya dari jumlah malaikat yang menghuni langit pertama. Mereka berbaris, seraya bertasbih, bertahlil, dan bertahmid kehadirat Allah SWT.
Begitula seterusnya, langit demi langit dilewati dalam perjalanan mi’raj Rasulullah SAW bersama Jibril AS. Dilangit yang ketiga Rasulullah SAW bertemu Nabi Yusuf AS, yang sangat tampan dan elok rupa wajahnya. Dilangit keempat Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Idris AS, dilangit kelima dengan Nabi Harun AS, dan dilangit yang keenam beliau bertemu dengan nabi Musa AS.
Setiap kali bertemu dengan para Nabi itu, Rasulullah SAW beroleh penghormatan, puji-pujian, dan doa yang disampaikan oleh para nabi yang mulia tersebut, serta dari para malaikat penjaga pintu langit.
Hingga kemudian sampailah Rasulullah SAW dilangit yang terakhir, langit yang ketujuh. Dilangit yang ketujuh, Rasulullah bertemu dengan Bapak Para Nabi, nabi Ibrahim AS.
Dalam perjumpaan itu, nabi Ibrahim AS berkata kepada Rasulullah SAW,”wahai Muhammad, banyaklah hajatmu di hadapan Tuhanmu Azza wa jalla, yaitu hajat bagi umatmu, sebab umatmu adalah umat yang Dhaif. Kemudian, wahai Muhammad, sampaikanlah berita kepada umatmu bahwa surga itu begitu luas dan begitu bagus. Surga adalah tanaman dari kalimat subhamallah walhamdulillah walailah illallah wallahu akbar .karenanya, barang siapa membaca kalimat tersebut satu kali, ditumbuhkan baginya Satu pohon di dalam Surga.” Demikianlah pesan yang disampaikan oleh Nbai Inrahim AS kepada Rasulullah SAW.
Pada saat itu, Rasulullah kemudian melihat para malaikat dalam jumlah yang teramat banyak hingga berkali-kali lipat banyaknya dari jumlah malaikat yang menghuni langit sebelumnya. Para malaikat itu berbaris, seraya mengeluarkan suara yang terdengar sangat dahsyatdan menggemparkan saat mereka bertasbih, bertaqdis (mensucikan), betamjid (memuliakan), bertakbir, da berta’zhim (mengagungkan) kehadirat Allah SWT.

Sidratul Muntaha
Setelah bersua dengan Nabiyullah Ibrahim AS, keduanya melanjutkan kembali perjalanannya hingga ke tingkat delapan dari perjalanan mi’raj, yaitu ke Sidratul Muntaha.
Sidratul Muntaha digambarkan laksana sebuah pohon yang sangat besar. Besarnya itu tak diketahui kecuali oleh Allah SWT. Dikatakan, sekiranya seseorang menunggang kuda dan melarikan kudanya dengan cepat selama 70 tahun02, bayangan dibawah teduhnya pohon itu belum dapat terlampaui.
Setiap satu daun pohon itu dapat meneduhkan beberapa makhluk dibawahnya. Diatas setiap daunnya, terdapat malaikat yang sedang membaca tasbih dan taqdis, dengan kemerduan suaranya yang belum pernah didengar oleh manusia.
Begitu banyak keajaiban dan kemegahan yang terdapat pada pohon sidratul muntaha, yang cahayanya sangat elok.
Pohon Sidratul Muntaha memiliki dasar yang berada di atas langit keenam, sedangkan pertengahan pohon itu berada di langit yang ketujuh. Cabang-cabangnya berada di atas kursi, sementara tiap ujung cabangnya mencapai setiap malaikat yang tengah berada diatas Arsy. Di pertengahan pohon itulah leberadaan maqam (kedudukan) Nabi Ibrahim.
Sesampainya di sana, Jibril AS berkata kepada Rasulullah SAW, “ ya Muhammad berjalanlah!”
Rupanya keduanya saling mempersilakan jalan terlebih dahulu.
Jibril AS kembali mengatakan, “ya Muhammad berjalanlah! Karena engkau lebuh mulia dariku.”
Maka berjalanlah Rasulullah SAW dimuka, dan Jibril AS berjalan di belakang Rasulullah SAW.
Alam diatas sana adalah alam yang dipenuhi hijab.
Sesampainya Rasulullah SAW bersama jibril AS di suatu tempat, berkata malikat penunggu hijab yang pertama, “siapa engkau?”
“aku Jibril, bersama Muhammad, yang telah diperintahkan untuk dating.”
Dan malaikat itu pun bertakbir, “Allahu Akbar!”
Kemudian malaikat itu mengeluarkan tangannya dari bawah hijab dan mengangkat Rasulullah SAW keatas tingkat mi’raj yang kesembilan.
Sesampainya di mi’raj yang kesembilan, Jibril AS berhenti.Rasulullah SAW pun berkata kepada jibril AS,”Hai kekasihku mengapa kau tidak ikut naik?Apakah kau akan meningalkan diriku seorang diri?”
Jibril AS menjawab,”Bangsa kami,malaikat,tidak berada kecuali pada maqam yang telah diketahui(ditentukan).”
Kemudian malaikat hijab yang pertama bersama Rasulullah SAW naik bagaikan kilat hingga sampai kepada malaikat hijab yang kedua.
Malaikat itu berkata,”siapa engkau?”
Malaikat hijab yang pertama menjawab,”Aku malaikat hijab yang pertama bersama Muhammad,yang telah diperintahkan untuk dating.”
Malaikat itu pun bertakbir,”Allahu akbar!”
Kemudian malaikat itu mengeluarkan tangannya dari bawah hijab dan mengankat Rasulullah SAW yang diiringi sejumlah malaikat di setiap hijab yang dilalui,hingga sampailah Rasulullah SAW pada tingkat mi`raj yang kesepuluh.

Mustawa
Di tingakat mi’raj yang kesepuluh,mereka menaikan Rasulullah SAW kembali hingga sampai pada suatu tempatyang dinamakan Mustawa.Mustawa adalah suatu tempat yang mahatinggi lagi mahaluas dan sangat terang bercahaya .Di tempat itu, Rasululla SAW mendengar suara Qalam, yang bergarak-gerak di atas Lauhul Mahfuzh.
Dari atas,turunlah sebuah tempat duduk yang sangat megah dan bersinar dengan segala cahaya,namanya Ar-Rafraful akhdhar. Para malaikat muqarrabin kemudian mendudukan Rasulullah SAW  diatas tempat duduk itu.
Tak lama kemudian Ar-Rafraful akhdhar menaikan beliau dengan kecepatan bagaikan kilat hinga sampailah beliau dibawah Arsy.
Sesampainya di Arsy,sangatlah berdebar hati Rasulullah SAW.Lidahnya kelu terkunci dari berkata-kata,lantaran kehebatan Arsy,yang sangat agung dengan kemegahan cahayanya.
Karena kasih saying Allah SWT bagi hamba-nya yang mulia ini,pada saat itu juga Allah menciptakan satu malaikat yang serupa dengan Abu Bakar Ash-Shidiq, kekasih rasulullah SAW ,demi menenangkan hati beliau dari segala ketakutanya.
Kemudian,malaikat tersebut berkata kepa da Rasulullah SAW,”Hai Muhammad,sesungguhnya tuhanmu sedang memberi shalawat atasmu.”

Perjumpaan Agung
          Di bawah arsy, turunlah setets Sundusil Arsy yang jatuh ke lidah Rasulullah SAW. Kelezatannya belum pernah dirasakan oleh makhluk mana pun. Dengan tetsan Sundusil arsy itu, Rasulullah Saw beroleh karunia ‘ilmul awwalin wal akhirin’ (pengetahuan dari orang-orang terdahulu dan terkemudian).
          Sesaat kemudian lidah suci Rasulullah SAW terbuka dan menghaturkan kehormatan kehadirat illahi rabbi, “attahiyatul lillah wash shalawatu wath thayyibat ( segala kehormatan yang sempurna bagi Allah, demikian pula segala shalat, serta segala puja dan puji).”
          Allah SWT berfirman,”Salamun alaika ayuhanabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh(Kesejahteraan atasmu, wahai muhammad,dan kasih saying Allah serta segala keberkahan).”
          Rasulullah SAW menjawab, “Assalamu`alaina wa`ala `ibadillahish shalihiin (Kesejahteraan atas kami dan atas segala hamba Allah yang shalih).”
          Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan beberapa permintan ke hadirat Tuhanya Azza a jalla lewat sejumlah munajatnya .Maka, keseluruhan permintaannya itu diperkenankan Allah SWT bagi nabi Muhammad SAW dan bagi umatnya.
          Allah mengaruniakan kepada Rasulullah  SAW tiga jenis ilmu. Ilmu yang pertama tidak diizinkan Allah SWT untuk disampaikan kepada siapa pun. Ilmu yang kedua,Allah mengizinkan kepada nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada sahabat pilihan. Dan ilmu yang ketiga, Allah memperintahkannya agar Rasulullah SAWmenyampaikan kepada umatnya. Sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT,”Faawha ila `abdihi ma aw-ha (Allah telah memberi pengetahuan kepada hambanya pada apa yang telah Dia berikan pengetahuan kepadanya).”
          Allah SWT kemudian menyampaikan  kewajiban  shalat atas Nabi Muhammad SAW  dan atas umatnya lima puluh waktu dalam sehari semalam.
          Maka, setelah Nabi Muhammad SAW usai bermunajat kepada Tuhannya dengan segala permintaan  dan menerima segala perintah Tuhanya, dan disisi lainnya  Allah SWT pun telah memperkenankan segala permintaan  hambaNya dan telah menyampaikan  segala perintah-nya kepada sekalian umat nabi Muhammad SAW , pada saat itu sekalian  malaikat mengucapkan,”Asyhadu an lailaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah.”
          Allah kemudian mengizinkan Nabi Muhammad SAW untuk pulang, agar dapat menyampaikan segala perintahNya kepada sekalian umatnya.
          Rasulullah SAW kembali diantar oleh Ar-Rafraful Akhdhar.
          Setelah turun,Rasulullah SAW kembali bertemu dengan jibril AS di Sidratul Muntaha.

Pertanda keistimewaan Rasulullah
          Jibril AS menyambut Rasulullah SAW yang baru saja berjumpa dengan Allah SWT, dengan segala puji-pujian, seraya mengatakan, “berbahagialah engkau, wahai Muhammad, dengan karunia Allah Azza wa Jalla yang belum pernah di berikan kepada makhluk apapun, da pangkat kebesaran yang tidak pernah dapat di capai oleh makhlukmanapun. Bersyukurlah, wahai Muhammad, kepada Allah, karena Dia telah mewngaruniakan hamba-Nya yang telah bersyukur kepada-Nya.”
          Maka kemudia Rasulullah SAW pun mengucap syukur kepada Allah SWT.
          Lalu Rasulullah SAW kembali turun hingga bertemu lagi dengan Nabi Musa AS
          Bertanya Nabi Musa AS, “apa yang telah di perintahkan Allah atas umatmu, wahai Muhammad?”
          Rasulullah pun berkata, “ sembahyang lima puluh waktu sehari-semalam.”
          Maka Nabi Musa AS pun mengatakan, “kembalillah kepada Allah, dan mintakan kepada-Nya keringanan atas umatmu. Karena umatmu tak kuasa mengerjakannya.”
          Mendengar perikataan Nabi Musa AS, Rasulullah naik kembali hingga ke Sidratul Muntaha dan bersujud kehadirat Allah SWT.
          Allah SWT, Yang Maha Mengetahui, “hai Muhammad, angkat kepalamu dan mintalah apa yang engkau kehendaki.”
          Rasulullah SAW mengatakan, “ya Allah, hamba memohon keringanan atas umat hamba.”
          Allah SWT pun kemudian mengurangu jumlah waktu shalat sehari-semalam, dikurangi lima waktu.
          Pada saat turun dan bertemu kembali dengan Nabi Musa AS, Rasulullah SAW mengabarkan keringanan yang di berikan.
          Tapi nabi Musa AS berkata, “mintalah lagi keringanan untuk umatmu, karena umatmu tak kuasa mengerjakannya.”
          Ddemikianlah hal itu terjadi berulang-ulang hingga sampai lima waktu sehari semalam. Allah berfirman, “itulah yang aku tentukan tasmu dan atas umatmu, dan pada shalat lima waktu itu pahalanya lima puluh waktu. Barang siapa hendak melakukan suatu kebajikan yang sunnah dan ia tidak sampai dapat mengerjakannya, itu tetap ditulis sebagai suatu kebajikan; dan jika sampai dikerjakan, di tilis baginya sepuluh kebajikan. Sementara barang siapa hendak mengerjakan suatu kejahatan dan ia tidakn sampai mengerjakannya, itu tidak di tulis baginya sebagai suatu kejahatan; tapi jika ia mengerjakannya, ditulis ebagai satu kejahatan.”
          Saat Rasulullah berjumpa kembali dengan Nabi Musa AS dan Nabi Musa kembali mengatakan kepada Rasulullah agar memintakan kembali keringanan atas kewajiban jumlah waktu shalat yang di tetapkan, Rasulullah SAW mengatakan, “kami sangat malu kepada Allah Azza wa Jalla. Dan ia telah menentukan shalat lima waktu itu.”
          Para ulama mengatakan, berulang-ulangnya Rasulullah SAW menghadap Allah SWT hingga sembilan kali, untuk memintakan keringanan atas umatnya kehadirat Allah SWT dan kemudian Allah memperkenankan segala permintaan tersebut, itu adalah suatu pertanda yang Allah berikan kepada para malaikat akan ketinggia kedudukan Rasulullah SAW dan ketinggian kedudukan terkabulnya Syafa’at Rasulullah SAW.

Keindahan Alam Surga
          Kemudian Allah SWT menyuruh jibril AS untuk membawa Rasulullah SAW pergi melihat Surga dan isinya beserta segala nikmat yang ada di dalamnya dan kemudian menunjukkan bagaimana Dahsyatnya api Neraka. “hai Muhammad, marilah kita pergi melihat surga dengan segala kenikmatan yang Allah sediakan bagi para hamba-Nya yang berbuat taat kepada-Nya,” kata Jibril AS.
          Lalu keduanya pun pergi menuju surga.
          Belum lagi Rasulullah SAW sampai di surga, dari kejauhan beliau telah mencium bau-bauan yang amat harum dengan segala jenis harumnya wewangian yang belum pernah tercium oleh para makhluk. Beliau juga mendengar bebunyian surga yang bermacan-macam senandungnya yang belum pernah terdengar oleh manusia.
          Sesampainya di dalam surga, Rasulullah SAW melihat kebun-kebun surga yang amat luas dan amat banyak macan-macan dengan pepohonan yang bermacan-macam, baik yang ada maupun yang tak ada di dunia. Seperti halnya pohon yang terbuat dari emas dan zabarzad. Sementara daun-daunnya dari Jamrud yang lembut bagai sutra, kembang dan buahnya laksana merah delima dengan zabarzad berjenis-jenis bentuk dan rasanya.
          Tiap kali di petik buahnya atau kembangnya, pada saat itu juga keluar gantinya. Jika seorang ahli surga sedang menginginkan bunyi-bunyian, datanglah angun yang lemah lembut meniup segala daun pepohonan surga yang bergesekkan satu sama lain hingga mengeluarkan segala lagu dan bebunyian yang belum pernah di dengar oleh manusia.
          Rasulullah SAW juga melihan di dalam surga beberapa sungai yang besar-besar yang airnya  lebih bening dari kaca yang terang, sebagiannya berisi susu yang sangat putih yang tidak berubah selama-lamanya, sebagiannya lagi terdiri dari madu yang sangat bening, dan sebagiannya lagi berisikan arak yang sangat nikmat tapi tidak memabukkan.
          Tepian sungai itu sebagiannya terbuat dari perak, sebagiannya dari emas, sebagiannya dari mutiara dan sebagiannya lagi dari zabarzad. Tiap-tiap sungai memiliki keselarasan antara jenis isinya dan jenis tepinya. Takdir Allah lah yang menyelaraskan itu semua.
          Demikian pula kedudukan setiap mahligai dengan segala kebunnya dan sungainya, yang kesemuanya itu sangat selaras antara satu dan yang lainnya. Segala keistimewaan surga itu belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetak dalam hati.
          Tanah surga terbuat dari kesturi, dan bebatuannya antara ratna manikam yang tidak seperti yang ada di dunia. Setiap bidadari yang di sediakan untuk ahli surga amat elok rupanya dan amat putih bening bersinar-sinar cahayanya bagai mutiara dengan segala perhiasan dan pakaiannya. Maka setelah Rasulullah SAW melihat segala nimat yang demikian hebat yang terdapat di dalam surga, Rasulullah SAW bersabda,”bagi yang demikian ini, beramallah orang yang beramal.”

Dahsyatnya Siksa di Neraka
          Kemudian kepada Rasulullah SAW di tunjjukan isi neraka. Didalamnya, ia melihat segala jenis siksaan dahsyat dengan rantai yang besar-besar yang terbuat dari api neraka, serta bermacan ikatan, pukulan, ular-ulau besar, ataupun kalajengking yang besar-besar, yang terbuat dari api neraka. Bila kalajengking itu menggigit, sekali gigit seribu tahun belum hilang sakitnya.
          Di dalamnya, terdapat pula pohon-pohon berduri yang terbuat dari api neraka, sebagai makanan penghuni neraka. Sementara itu, tembaga yang lumer, darah, nanah, menjadi minuman bagi mereka.
          Kepala mereka dilempar dengan batu api neraka. Tiap kali hancur kepala mereka dibentuk kembali dan kemudian di lontarkan lagi batu api itu. Demikian seterusnya.
          Rasulullah SAW berkata kepada Jibril AS, apakah gerangan itu wahai Jibril?”
          Jibril AS menjawab, “itulah orang yang berat kepalanya dari mengerjakan shalat lima waktu.”
          Kemudian beliau melihat kaum yang disumpalkan di mulut mereka bebatuan yang ,enyala yang terbuat dari api neraka jahanam, hingga keluar batu-batu uti dari dubur mereka secara terus menerus.
          Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril, “apakah gerangan yang terjadi pada mereka itu wahai jibril?”
          Jibril AS menjawab, “itulah orang yang memakan harta anak yatin secara zalim.
          Kemudian Rasulullah melihat penghuni neraka yang perutnya besar seperti rumah hingga menyeret-nyeretnya sendiri. Tiap kali bangun, mereka terjatuh dan berteriak-teriak.
          Bertanya Rasulullah SAW kepada Jibril AS, “apakah gerangan mereka itu?”
          Jibril AS menjawab, “ itulah orang yang memakan bunga atau riba.”
          Kemudian Rasulullah melihat kaum perempuan yang tergantung pada api neraka dengan batang besi  api neraka yang dimasukkan di payudara mereka, dan kemudian menyemburat darah dan nanah dari kemaluan mereka.
          Rasulullah bertanya kepada Jibril, “wahai jibril, siapakah gerangan mereka itu?”
          Jibril As menjawab,” mereka adalah kaum perempuan yang berzina dan membunuh.”
          Rasulullah SAW juga melihat kaun yang disiksa dengan diberi pakaian dari aspal panas yang menyala yang terbuat dari api neraka kemudian dituangkan timah yang lumer di telinga mereka.
          Maka Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril AS, “apa yang terjadi pada mereka wahai Jibril?”
          Jibril AS menjawab,”mereka itulah yang lalai di dunia lantaran bunyi-bunyian yang haram.”
          Kemudian Rasulullah SAW melihat suatu kaum yang terbuka mulut mereka itu hingga bibir yang sebelah bawah menyeret kakinya dan keluar dari nulut mereka itu darah dan nanah.
          Rasulullah bertanya kepada JibrilAS,”apakah gerangan yang terjadi pada mereka itu?”
          Jibril AS menjawab, “mereka adalah orang yang bersaksi dengan sumpah palsu.”
          Demikianlah, Rasulullah SAW juga melihat bermacam-macam siksa lainnya yang ada di dalam neraka, masing-masing karena dosa yang mereka perbuat, orang-orang yang mati dalam keadaan tidak bertaubat dan tidak mendapat syafaat dari Rasulullah SAW.

          Di malam mi’raj itu, seusai melalui perjalanan panjang bersama Jibil AS melewati langit demi langit hingga berjumpa dengan Sang Kekasih, Allah Rabbul ‘Alamin, serta menyaksikan pemandangan menakjubkan yang ada di surga dan neraka, dengan ditemani Jibril AS kembali, Rasulullah SAW terun lagi ke bumi melewati tingkatan-tingkatan mi’raj sebagaimana si kala beliau menaikinya. Hingga, sampilah Rasulullah SAW di Baitul Magdis. Di Baitul Maqdis, Rasulullah SAW kembali menunggangi buraq untuk kembali menuju Kota Makkah.
          Pada suatu tempat bernama Ruha, yang berjarak perjalanan dua hari ke kota Makkah, Rasulullah SAW bertemu dengan kelompok Kafilah Bani Quraisy yang brliau kenal. Tampak oleh Rasulullah SAW, diantara anggota kafilah itu ada yang tengah tertidur, ada pila yang tengah sibuk mencari untanya yang hilang. Maka Rasulullah SAW memerintahkan agar buraq berhenti sejenak.
          Di dekat anggota kafilah yang tengah tertidur, terdapat air minum pada suatu wadah. Rasulullah SAW menghampirinya, dan kemudian meminumnya.
          Rasulullah SAW kembali melanjutkan perjalanannya, hingga tak seberapa lama sampailah beliau di suatu tempat bernama Bathan Mur. Di tempai itu beliau bertemu dengan sekelompok kafilah Bani Quraisy yang beliau juga mengenalnya. Saat itu, mereka tengah dalam perjalanan pulang dari Baitul Maqdis ke kota Makkah, setelah berniaga di kota Palestina, dengan membawa banyak unta.
          Ketika jaraknya sudah berdekatan, Rasulullah SAW memberikan salam kepada kafilah itu, meski mereka sendiri sesungguhnya tidak melihat keberadaan beliau. Seketika, unta-unta mereka terkejut luar biasa karena mendengar kepak sayap Buraq yang terdengar begitu hebat. Sekawanan unta itu kemudian berhimpun mendekat satu sama lain karena ketakutan.
          Salah seorang anggota kafilah itu kemudian mengatakan, “ aku mendengar suara Muhammad mengucap salam.”
          Perjalanan kembali dilanjutkan, hingga Rasulullah SAW sampai di suatu tempat bernama Tan’im. di Tan’im beliau kembali bertemu dengan sekelompok kafilah Bani Quraisy yang beliau kenal. Sebagaimana kafilah sebelumnya yang dijumpai Rasulullah SAW, kafilah itu baru saja puolang dari Baitul Maqdis menuju kota Makkah, dengan mengendarai unta.
          Atas pengalama perjalanan yang begitu hebat di malam itu, sesampainya di kota Makkah Rasulullah SAW mengatakan kepada Jibril AS, “kaumku Bangsa Quraisy tak ‘kan membenarkanku (bila kisah perjalanan ini di sampaikan).”
          Jibril AS menenangkan beliau dan berkata, “Abubakar Ash-Shidiq akan membenarkan perkataanmu.”
          Tak lama setelah itu, Jibril AS pun berpisah dengan Rasulullah SAWdan pergi dengan menunggangi Buraq.

Mendustakan Rasul
          Saat waktu subuh dating menjelang, Rasulullah SAW pergi ke Masjidil Haram. Disana, beliau duduk termenung. Beliau kembali mengingat-ingat pengalaman yang telah dilaluinya semalam.
          Saat beliau tengah dudk seorang diri itu, tiba-tiba datanglah pemuka kaum kafir, Abu Jahal.
          Seakan-akan peduli terhadap Rasulullah SAW, Abu Jahal pun bertanya, “wahai Muhammad, gerangan apa yang tengah kamu pikirkan hingga kau duduk termenung seorang diri di sini? Memangnya, apa yang kau dapat semalam?”
          Rasulullah SAW menjawab, “semalam aku di berangkatkan.”
          Abu Jahal kembali bertanya, “Diberangkatkan kemana?”
          “ ke Baitul Maqdis,” jawab Rasulullah SAW.
          “semalan tadi engkau di berangkatkan ke Baitul Maqdis dan sepagi ini engkau sudah berada lagi disini?” Tanya Abu Jahal kembali.
          “iya”, jawab Rasulullah SAW singkat tapi meyakinkan.
          Abu Jahal mendustakan itu, tapi ia tak alngsung mengatakannya. Otak jahatnya mulai berputar. Ia membayangkan, bila kisah “tak masuk akal” di dengar oleh banyak orang, pasti mereka akan bersepakat bahwa Muhammad memang orang tak dapat di percaya. Bahkan di mata mereka, mungkin Muhammad telah gila. Maka diapun mengatakan, “wahai Muhammad, jika aku panggil kaum Quraisy untuk berkumpul di hadapanmu, apakah engkau mau menceritakan kisahmu itu?”
          “iya”, jawab beliau dengan mantap.
          Abu Jahal segera bergegas mengumpulkan kaum Quraisy sebanyak-banyaknya, hingga mereka pum berkumpul di hadapan Rasulullah SAW.
          Setalah mereka berkumpul, Abu Jahal berujar, “wahai Muhammad, kisah-kisahkan kembali apa yang tadi telah engkau ceritakan kepadaku.”
          Rasulullah pun mengatakan, “baiklah, wahai kaum Quraisy, ssemalam aku diberangkatkan.”
          “diberangkatkan kemana?” Tanya mereka.
          “ke Baitul Maqdis.”
          Sebagaimana Abu Jahal tadi, merekepun bertanya hal yang serupa, “semalam engkau diberangkatkan ke Baitul Maqdis dan sepagi ini engkau telah berada lagi di tengah-tengah kita disini?”
          “iya”, kembali Rasulullah SAW memastikan.
          Maka suara-suara pun sontak terdengar riuh rendah. Mereke semua tampak mendustakan kebenaran kabar Rasulullah SAW. Sebagian di antara mereka tampak bersorak-sorai kegirangan, bukan karena takjub mendengarkabar itu, tapi merupakan ejekan atas diri beliau. Sebagian yang lainnya bertepuk-tepuk tangan. Ada pula di antara mereka yang meletakkan tangan diatas kepala seraya mengatakan, “kami ini saja dengan sekeras-kerasnya memukul-mukulkan tangan kepada unta-unta yang kami tunggangi sepanjang waktu siang dan malam dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis, kami membutuhkan waktu dua bulan untuk pulang dan pergi, sementara engkau melaluinya hanya dalam tempo satu malam saja. Bagaimana mungkin?”
          Perjalanan dahsyat yang di lalui Rasulullah SAW memang merupakan ujian keimanan bagi siapa pun. Tak ayal, sementara orang yang pada masa itu imannya masih lemah menyatakan kemurtadanya dan mendustakan kabanaran kisah yang di khabarkan oleh utusan Allah yang jujur dan terpercaya itu.
          Mereka mengetahui bahwa Abu Bakar adalah sahabat dekat Rasulullah SAW. Maka sebagian dari mereka mendatanginya dan kemudian mengatakan kepadanya, “wahai Abubakar, ketahuilah bahwasannya sahabatmu, Muhammad, mengakui bahwa dirinya telah di berangkatkan ke Baitul Maqdis dalam tempo semalam, dan sekarang telah kembali, ada di sini.”
          Harapan mereka agar Abubakar kemudian ikut mendustakan Rasulullah SAW pupus seketika. Abubakas sangat mengenal sosok Rasulullah SAW. Di matanya tak ada kemungkinan sedikitpun pribadi yang mulia itu mendusta. Keimanan Sayyidina Abubakar Ash-Shidiq membuat hatinya tetap teguh hingga dengan mantap ia menjawab, “jika Muhammad mengatakan seperti itu, memang benar demikian adanya. Bahkan aku akan tetap membenarkannya bila lebih dari itu sekalipun.”
          Ya, Abubakar secara jujur mengatakan apa yang haq. Sebab, kisah yang di bawa Rasulullah SAW adalah berita yang haq. Ia membenarkannya. Abubakar adalah seorang yang jujur, karena itulah ia dijuluki Ash-Shidiq, pribadi yang jujur. Radiallahu ‘anhu, semoga Allah meridlainya…..

Manantang kebenaran
          Maka setelah kisah itu samapi di telinga Abubakar Ash-Shidiq, berangkatlah ia menuju Rasulullah SAW.
          Sesamapinya di sana, di hadapan kaum Quraisy dan para pembesarnya, dengan suara lantang Abubakar Ash-Shidiq RA mengakui kebenaran kisah Rasulullah SAW itu.
          Melihat kenyataan tersebut, para pembesar Quraisy itu kemudian menantang Rasulullah SAW, “jika enkau benar, wahai Muhammad, dalam perkataanmu tentang kisah perjalananmu ke Baitul Maqdis, berikanlah gambaran kepada kami tentang Masjid Baitul Maqdis!” mereka mengatakan hal itu karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah SAW belum penah mangadakan perjalanan ke sana sebelumya.
          Maka Rasulullah SAW kemudianmengatakan semua yang di lihatnya dalam Masjid Baitul Maqdis, tentang kondisi bangunannya, tiang-tiangnya, pintu-pinti dan jendelanya, hingga ke berandanya.
          Allah SWT lagi-lagi menampakkan kekuasaan-Nya. Tiba-tiba terhamparlah pemandangan semua sudut bangunan Masjid Baitul Maqdis di hadapan Rasulullah SAW, sementara tak seorangpun yang melihat apa yang di lihat Rasulullah SAW kala itu. Dengan pemandangan itu pula, Rasulullah SAW dapat berkisah secara lebih terpirinci tetang segala sesuatu yang ada di Masji Baitul Maqdis.
          Rupanya mereka masih saja ragu. Merekapun masih menguji kebenaran kisah Rasulullah SAW itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lainnya. “memang tepat apa yang kau sampaikan itu, sekarang sampaikan kepada kami kabar tentang kafilah kafilah Bani Quraisy yang tengah berniaga ke Baitul Maqdis! Sudah sampai mana mereka? Ada berapa jumlah kafilah itu? Dan siapa saja mereka itu?”
          Rasulullah SAW, yang memang nebjumpai setiap kafilah itu, kemudian menceritakan hal ihwal yang terjadi pada mereka. Rasulullah SAW menyebutkan satu-persatu nama pemimpin kafilah dan para anggotanya, lengkap dengan posisinya masing-masing, ada yang di Ruha, di Bathan Mur, dan di Tan’im. Beliau juga menceritakan kondisi mereka pada masing-masing tempat itu.
          Waktu subuh pun terus berjaln, hingga hampir tiba terbitnya matahari. Kala itu, Rasulullah SAW masih bercerita dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kaum Quraisy.
          Beliau melanjutkan kisahnya tentang kafilah yang berada di Tan’im yang letaknya lebih dekat dengan kota Makkah di banding dua tempat lainnya. Dikatakan, setelah terbit matahari di pagi hari itu, mereka akan sampai di kota Makkah. Untuk lebih membuat yakin, Rasulullah SAW mengkhabarkan lebih mendetail bahwa di bagian depan sekawanan unta rombongan kafilah itu terdapat unta putih bercampur sedikit warna hitam dan yang menungganginya adalah si Fulan.
          Kemudian Rasulullah SAW juga mengisahkan pertemuannya dengan sekelompok kafilah di Ruha dan mengatakan bahwa pada hari Rabu berikutnya mereka akan sampai di kota Makkah.

Percaya kepada yang Ghaib
          Di pagi hari menjelang terbitnya matahari itu, orang-orang Quraisy yang tengah berkumpul kemudian keluar dari Masjidil Haram, melihat ke perbatasan kota, untuk membuktikan kebenaran yang di katakana Rasulullah SAW tentang kafilah yang berada di Tan’im tersebut. Maka tepat setelah terbitnya matahari, datanglah kafilah itu dengan gambaran keadaan seperti yang di kisahkan oleh Rasulullah SAW.
          Kafilah yang di temuinya di Bathan Mur pun dating pada hari yang telah di sebutkan Rasulullah SAW. Kaun Quraisy menanyakan kepada mereka. Mereka bercerita tentang keadaan mereka, dan semuanya sesuai dengan apa yang telah di sampaikan Rasulullah SAW. Di antaranya mereka bercerita bahwa sewaktu di Bathan Mur unta-unta mereka terkejut hingga terjatuh salah seekor unta tersebut dan patah kaki depannya. Mereka mengatakan, unta-unta tersebut terkejut saat mendengar suara yang begitu hebatyang melesat di atas mereka, yang mereka tidak mengetahui apa sebenarnya suara iru. Tapi, mereka seperti mendengar suara Nabi Muhammad memberi salam kepada mereka.
          Pada hari Rabu yang telah di sebutkan Rasulullah SAW berdasarkan perhitungan perjalanan yang lazim, dari pagi orang-orang Quraisy pun berkumpul di perbatasan kota Makkah untuk kembali membuktikan kebenaran perkataan Rasulullah SAW tentang kedatangan rombongan kafilah berikutnya. Namun hingga waktu sore, kafilah itu belum juga datang.
          Maka Rasulullah pun bermunajat kepada Allah SWT agar menahan peredaran bumi hingga matahari tidak segera tenggelam. Karena berakhirnya hari dalam perhitungan masyarakat Arab adalah dengan tenggelamnya matahari. Dan tertahanlah matahari hingga beberapa saat lamanya.
          Hingga kemudian datanglah kafilah itu, disambut oleh orang-orang Quraisy. Kafilah tersebut bercerita kepada mereka hal-hal yang telah di sampaikan Rasulullah SAW. Diantara seperti cerita salah seorang dari kafilah itu yang mengatakan sewaktu di Ruha unta si Fulan telah hilang. Anggota kafilah yang lainnya lagi bercerita bahwa sewaktu di Ruha itu ia tengah tidur ia menaruh wadah air minum di sisinya. Setelah terjaga dari tidurnya, air minum ternyata telah tiada.
          Sesungguhnya benarlah yang di katakana Rasulullah SAW mengenai kabar perjalanan Isra Mi’raj-nya di malam itu. Namun, banyak kaum Quraisy pada waktu itu masih saja tidak mempercayainya. Sebagian yang lainnya bahkan mengatakan bahwa kebenaran yang di dampaikan Rasulullah SAW tak lain merupakan sihir belaka.
          Habib Utsman bin Yahya menuturkan, orang-orang yang telah Allah SWT karuniakan keimanan di hati mereka sajalah yang mempercayai itu. Karena, sekali pu segala bukti telah di sampaikan, bilamana keimanan belum ada di hati mereka, bukti-bukti pun menjadi sia-sia saja.
          Sungguh benar firman Allah SWT, “tidaklah aku jadikan penglihatan yang Kuperlihatkan padamu, melainkan itu menjadi cobaan (mana yang beriman mana yang tidak) bagi sekalian manusia.”
          Habib Utsman bin Yahya mengatakan, “maka masuklah mereka ke dalam golongan orang-orang yang beriman pada yang Ghaib.” 

from MAJALAH ALKISAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar